http://exhodjahyo22.blogspot.co.id/ OJO LALI PINARAK MALIH BLOG MAS KODOK MALIH

Minggu, 09 Oktober 2016

makalah study Hadist tentang pentingnya penulisan ilmu



     BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hadist tentang pentingnya penulisan ilmu
حدثنا يحي بن موثي ومحمود ابني غيلان قال حذ ثنا الو ليد بن سلم حد ثنا الاوزا عي عن يحي بن ابي كثير عن ابي سلا مة عن ابي هريراة ان النبي صلي الله عليه وسلم خطب فذكز القصة في الحذيث قال ابو شا ه اكتبوا لي رسول الله صلي عليه و سلم اكتبو الابي ساه وفي الحديث قصة قال ابو عيسي هذ ا حذيث حسن صحيخ وقد روي شيبنا عن يحي بن ابي كثير مز هذا (رواه الترمذي)

Artinya : “memberitahukan kepada kami yahya bin musa dan Muhammad bin ghailan, mereka berdua ( yahya bin musa dan Muhammad bin ghailan) berkata: meberikan kepada kami al-walid bin muslim dari al-auza”I dari yahya bin abi katsir dari sbu salamah dari abu hurairah ; “ tulislah untukku wahai rasululloh”, maka rosululloh bersabda: “tulislah untuk abi syah”, di dalm hadist ada cerita” abu ‘isa berkata bahwa hadist ini adalah hasan shaheh, dan pada riwayat syaiban dari yahya bin abi katsir sama seperti hadist ini.[1]

B.     Pohon sanad
النبي صلي الله عليه وسلم
ابي هريراة
عن ابي سلا مة
عن يحي بن ابي كثير
الاوزا عي
الو ليد بن سلم
محمود ابني غيلان
يحي بن موثي
C.     Kosa kata (ghorib al-hadist)

Menyebutkan
فذ كر                          
Cerita
القصة                         
Tulislah (sekalian)
اكتبوا                         

D.    Kandungan hadist
Hadist di atas menerangkan ketika nabi sedang berkhutbah padahaji wada’, abu syah tidak dapat merekam seluruh perkataan nabi, dia meminta kepada nabi untuk di tuliskan isi khutbah, lalu nabi memerintahkan kepada sahabat agar menulis isi kutbah untuk Abu Syah.
            Karena sudah menjadi sunatulloh, manusia sebagai tempat salah dan lupa. Sahabat abu hurairah sja pernah mengalami hal ini, pada se3buah riwayat di ceritakan bahwa:
            Dari haman bin hunabbih berkata : “ saya telah mendengar abu hurairah berkata: tidak ada seorangpun dari sahabat-sahabat rosululloh SAW yang lebih banyak menerima hadist dari rosululloh kecuali abdulloh bin umar, maka sesungguhnya abdulloh bin umar itu menulis hadist sedangkan saya tidak menulis” ,  
            Dapat kita ambil ‘ibroh bahwa seberapa kuat hafalan seseorang tentu ia memiliki keterbatasan. Maka jawaban sekaligus solusi agar ilmu tersimpan dengan baik adalah dengan tulisan. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan rosululloh sebagai berikut :
عن ابي هريرة قل كن رجل من الانصا ر يخلس الي الببي صلي الله عليه وسلم فيمسمح من نبي صلي الله عليه وسلم الحذيث فيعجبه ولايحفظه فشك ذالك الي النبي صلي الله عليه وسلم فقا ل يارسول الله اني اسمع منك الحذيث فيعجبني ولا حفظه فقال رسول لله صلي الله عليه وسلم استعن بيمبك واوماء بيديه للخطاء (رواه التر ميذي)                                              
Artinya :” dari abu hurairah berkata :”seseorang dari golongan ansor duduk di samping rosululloh SAW, lalu ia mendengar hadist dari nabi SAW kemudian ia tertarik kepadanya tapi tidak bias menghafalnya, lalu ia mengadukan hal inji kepada rosululloh SAW, sambil berkata : “ wahai rosululloh sesungguhnya aku mendengar hadist dari engkau lalu aku tertarik kepadanya tapi aku tidak bias menghafalkanya”. Rosululloh SAW bersabda : “ minta tolonglah kepada tangan kananmu, dan beliau kepada tulisan”. (HR. tirmidzi)          
Berkaitan dengan pentingnya penulisan ilmu, dalam hadist lain nabi juga bersabda sebagai berikut:
قيد العلم با لكتا ب ( زواه الد ا رمي )[2]
Artinya : “ikatlah ilmu dengan tulisan” (HR. Ad-darimi). Dari uraian diatas, nabi Muhammad SAW dalam penulisan ilmu di samping menggunakan kata “uktub” tetapi juga menggunakan kata “Qoiyyad” yang artinya “ikatlah”. Secara maknawi nabi mengibaratkan ilmu seperi hewan yang sulit dikendalikan tanpa adanya ikatan yang kuat. Sama halnya dengan ilmu, agar ilmu bias kokoh harus ditanamka, disimpan dalam hati para pencari ilmu.
            Untuk itu sangatlah wajar apabila ada pepatah mengatakan :
العلم  صيد لكتبة يده # قيد يو دك بلحيال الو اثفة
Artinya : “ ilmu laksana binatang  buruan, dan penulisan adalah tali pengikat buruan itu. Oleh sebab itu ikatlah buruan itu dangan tali yang tegh”.
E.     Ayat alqur’an yang terkait
Begitu penting peran qolam ( tinta, pena, dan tulisan) dalam kehidupan manusia. Alloh berfirman dalam al-qur’an sebagai berikut:
úc 4 ÉOn=s)ø9$#ur $tBur tbrãäÜó¡o ÇÊÈ  

Artinya : “ nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis” (QS. Al-qalam :1 )
            Alloh SWT bersumpah dengan kolam dan sesuatau yang ditulis denganya untuk membuka pintu pengajaran dengan keduanya. Alloh tidak akan bersumpah kecuali dengan sesuatu yang besar, apabila dia bersumpah menggunakan kolam dan kitab, maka itu disebabkan luasnya ilmu dan pengetahuan yang denganya jiwa dididik urusan social dan pembangunan menjadi maju dan supaya menjadi umat yang terbaik.[3]
           
            Dalam mengajar pengetahuan tentang manusia, alloh SWT menggunakan media qolam sebagai firma-nya dalam al-qur’an yang berbunyi :
Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   

Artinya : “yang mengajar ( manusia) dengan perantara qolam”
            Yang awalnya telah didahului perintah membaca dua kali, maka apabila sejak awal manusia tudak mendapat petunjuk ayat ini, dapat kita bayangkan betapa gelapnya masa depan manusia itu.
            Apabila kita flash back  pada zaman rosululloh bagaimana tulisan berperan sangat penting  ketika nabi menerim wahyu, beliau menyuruh sahabat menulisnya di pelepah kurma, batu, dan tulang. Khalifah abu bakar, untuk menyikapi  banyaknya khuffadz yang gugur dalam perang yamamah neliau mengajukan ide untuk menulis al-qur’an dalam satu mushaf. Dilanjutkan pada masa khalifah ustman. Mushaf induk itu di salin dalam 5 mushaf yang dikirim ke basrah, khufah, madinah, dan yang satu tinggal di mekah sebagai  muskhaf induk.[4]
            Dalam memotifasi menulis ilmu, khalifah ke empat ali bin abi tholib yang di sebut-sebut nabi sebagai babul ilmii sedangkan beliau sendiri yang menjadi madinatul ilmi, pernah berkata sebagai berikut : “akal orang-orang  mulia terletak pada ujung-ujung penanya”.[5]
            Pada zaman dahulu, para ilmuwan dalam menuntut ilmu memaksimalkan otak mereka dengan menghafal ilmu yang telah mereka dapatkan, setelah yakin dengan hafalanya barulah mereka menulisnya kedalam suatu kitab. Suatu realita yang aneh saat ini adalah para pencari ilmu meletakkan hal yang sebaliknya, mereka berlomba-lomba menulis ilmu dari hasil mereka  mencari ilmu ( membaca dan mendengar) tanpa melalui proses menghafal terlebih dahulu sehingga potensi otak mereka kurang di manfaatkan secara maksimal.















                                                                           BAB III

                                                                        PENUTUP

A.    Kesimpulan
                  Signifikasi dan maqshudu al- a’dham tentang hadist pentingnya penulisan ilmu diatas sebagai berikut: pertama, peran penting penulisan sebagai dokumentasi ilmu bagi pemiliknya di sebabkan keterbatasan otak manusia dalam menerima ilmu, kedua, tulisan sebagai transfer ilmu dari generasi yang terdahulu ke generasi yang akan dating, ketiga, khasanah sebagai khasanah literatur keilmuan yang merupakan bahan kajian generasi selanjutnya untuk memunculkan produk-produk ilmu yang baru. Ke kempat, sebgai bentuk manifestasi peritah nabi dalam kapasitasnya sebagai  uswatun khasanah.


[1] Muhammad isa bin Surah At-Tirmidzi dalam sunanya, Kitab Al-Ilmu, Babu Min Rukhsin Fii Kitaabil Ilmi jilid 1 no.2676 ( Beirut: Darul Fikri, 1994), hlm 304
[2] Ad darimi dalam sunanya, Babu Fii Rukhsin Fii Kitabatil Ilmi  jilid 1 ( Beirut : Darul Fikri, 1994), hlm. 127
[3] Ahmad Mustofa Al Maroghi, Tafsir Al Maroghi ( Mesir : Mustofa Al-Babi Al-Halabi, 1394) hlm.47  
[4] Jalaluddin Muhammad Bin Ahmad Al-Mahalli, tafsir qur’anul adzim jus 2 ( Indonesia : al-haromain, tt) Hlm. 266
[5] M. arif hakim,  Kiat Menulis Artikel Di Media Dari Pemula Sampai Mahir ( Bandung : Nuansa Cendekia, 2004)Hlm.14

Tidak ada komentar:

Posting Komentar