BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hadist tentang
pentingnya penulisan ilmu
حدثنا يحي بن موثي ومحمود ابني غيلان قال حذ ثنا الو ليد بن سلم
حد ثنا الاوزا عي عن يحي بن ابي كثير عن ابي سلا مة عن ابي هريراة ان النبي صلي
الله عليه وسلم خطب فذكز القصة في الحذيث قال ابو شا ه اكتبوا لي رسول الله صلي
عليه و سلم اكتبو الابي ساه وفي الحديث قصة قال ابو عيسي هذ ا حذيث حسن صحيخ وقد
روي شيبنا عن يحي بن ابي كثير مز هذا (رواه الترمذي)
Artinya
: “memberitahukan kepada kami yahya bin musa dan Muhammad bin ghailan,
mereka berdua ( yahya bin musa dan Muhammad bin ghailan) berkata: meberikan
kepada kami al-walid bin muslim dari al-auza”I dari yahya bin abi katsir dari
sbu salamah dari abu hurairah ; “ tulislah untukku wahai rasululloh”, maka
rosululloh bersabda: “tulislah untuk abi syah”, di dalm hadist ada cerita” abu
‘isa berkata bahwa hadist ini adalah hasan shaheh, dan pada riwayat syaiban
dari yahya bin abi katsir sama seperti hadist ini.[1]
B.
Pohon sanad
النبي صلي الله عليه
وسلم
ابي هريراة
عن ابي سلا مة
عن يحي بن ابي كثير
الاوزا عي
الو ليد بن سلم
محمود ابني غيلان
يحي بن موثي
C.
Kosa kata
(ghorib al-hadist)
Menyebutkan
|
فذ كر
|
Cerita
|
القصة
|
Tulislah (sekalian)
|
اكتبوا
|
D.
Kandungan
hadist
Hadist di atas
menerangkan ketika nabi sedang berkhutbah padahaji wada’, abu syah tidak dapat
merekam seluruh perkataan nabi, dia meminta kepada nabi untuk di tuliskan isi
khutbah, lalu nabi memerintahkan kepada sahabat agar menulis isi kutbah untuk Abu
Syah.
Karena
sudah menjadi sunatulloh, manusia sebagai tempat salah dan lupa. Sahabat
abu hurairah sja pernah mengalami hal ini, pada se3buah riwayat di ceritakan
bahwa:
Dari
haman bin hunabbih berkata : “ saya telah mendengar abu hurairah berkata:
tidak ada seorangpun dari sahabat-sahabat rosululloh SAW yang lebih banyak
menerima hadist dari rosululloh kecuali abdulloh bin umar, maka sesungguhnya
abdulloh bin umar itu menulis hadist sedangkan saya tidak menulis” ,
Dapat
kita ambil ‘ibroh bahwa seberapa kuat hafalan seseorang tentu ia memiliki
keterbatasan. Maka jawaban sekaligus solusi agar ilmu tersimpan dengan baik
adalah dengan tulisan. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan rosululloh
sebagai berikut :
عن ابي هريرة قل كن رجل
من الانصا ر يخلس الي الببي صلي الله عليه وسلم فيمسمح من نبي صلي الله عليه وسلم
الحذيث فيعجبه ولايحفظه فشك ذالك الي النبي صلي الله عليه وسلم فقا ل يارسول الله
اني اسمع منك الحذيث فيعجبني ولا حفظه فقال رسول لله صلي الله عليه وسلم استعن
بيمبك واوماء بيديه للخطاء (رواه التر ميذي)
Artinya :” dari abu hurairah berkata
:”seseorang dari golongan ansor duduk di samping rosululloh SAW, lalu ia
mendengar hadist dari nabi SAW kemudian ia tertarik kepadanya tapi tidak bias
menghafalnya, lalu ia mengadukan hal inji kepada rosululloh SAW, sambil berkata
: “ wahai rosululloh sesungguhnya aku mendengar hadist dari engkau lalu aku
tertarik kepadanya tapi aku tidak bias menghafalkanya”. Rosululloh SAW bersabda
: “ minta tolonglah kepada tangan kananmu, dan beliau kepada tulisan”. (HR.
tirmidzi)
Berkaitan dengan
pentingnya penulisan ilmu, dalam hadist lain nabi juga bersabda sebagai
berikut:
قيد العلم با لكتا ب (
زواه الد ا رمي )[2]
Artinya : “ikatlah ilmu dengan
tulisan” (HR. Ad-darimi). Dari uraian diatas, nabi Muhammad SAW dalam
penulisan ilmu di samping menggunakan kata “uktub” tetapi juga
menggunakan kata “Qoiyyad” yang artinya “ikatlah”. Secara maknawi
nabi mengibaratkan ilmu seperi hewan yang sulit dikendalikan tanpa adanya
ikatan yang kuat. Sama halnya dengan ilmu, agar ilmu bias kokoh harus
ditanamka, disimpan dalam hati para pencari ilmu.
Untuk
itu sangatlah wajar apabila ada pepatah mengatakan :
العلم صيد لكتبة يده # قيد يو دك بلحيال الو اثفة
Artinya : “ ilmu laksana binatang buruan, dan penulisan adalah tali pengikat
buruan itu. Oleh sebab itu ikatlah buruan itu dangan tali yang tegh”.
E.
Ayat alqur’an
yang terkait
Begitu penting peran
qolam ( tinta, pena, dan tulisan) dalam kehidupan manusia. Alloh berfirman
dalam al-qur’an sebagai berikut:
úc 4 ÉOn=s)ø9$#ur $tBur tbrãäÜó¡o ÇÊÈ
Artinya : “ nun,
demi kalam dan apa yang mereka tulis” (QS. Al-qalam :1 )
Alloh SWT bersumpah dengan kolam dan
sesuatau yang ditulis denganya untuk membuka pintu pengajaran dengan keduanya.
Alloh tidak akan bersumpah kecuali dengan sesuatu yang besar, apabila dia
bersumpah menggunakan kolam dan kitab, maka itu disebabkan luasnya ilmu dan
pengetahuan yang denganya jiwa dididik urusan social dan pembangunan menjadi
maju dan supaya menjadi umat yang terbaik.[3]
Dalam mengajar pengetahuan tentang
manusia, alloh SWT menggunakan media qolam sebagai firma-nya dalam al-qur’an
yang berbunyi :
Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ
Artinya : “yang
mengajar ( manusia) dengan perantara qolam”
Yang awalnya telah didahului
perintah membaca dua kali, maka apabila sejak awal manusia tudak mendapat
petunjuk ayat ini, dapat kita bayangkan betapa gelapnya masa depan manusia itu.
Apabila kita flash back pada zaman rosululloh bagaimana tulisan
berperan sangat penting ketika nabi
menerim wahyu, beliau menyuruh sahabat menulisnya di pelepah kurma, batu, dan
tulang. Khalifah abu bakar, untuk menyikapi
banyaknya khuffadz yang gugur dalam perang yamamah neliau
mengajukan ide untuk menulis al-qur’an dalam satu mushaf. Dilanjutkan pada masa
khalifah ustman. Mushaf induk itu di salin dalam 5 mushaf yang
dikirim ke basrah, khufah, madinah, dan yang satu tinggal di mekah sebagai muskhaf induk.[4]
Dalam memotifasi menulis ilmu,
khalifah ke empat ali bin abi tholib yang di sebut-sebut nabi sebagai babul
ilmii sedangkan beliau sendiri yang menjadi madinatul ilmi, pernah
berkata sebagai berikut : “akal orang-orang
mulia terletak pada ujung-ujung penanya”.[5]
Pada zaman dahulu, para ilmuwan dalam
menuntut ilmu memaksimalkan otak mereka dengan menghafal ilmu yang telah mereka
dapatkan, setelah yakin dengan hafalanya barulah mereka menulisnya kedalam
suatu kitab. Suatu realita yang aneh saat ini adalah para pencari ilmu
meletakkan hal yang sebaliknya, mereka berlomba-lomba menulis ilmu dari hasil
mereka mencari ilmu ( membaca dan
mendengar) tanpa melalui proses menghafal terlebih dahulu sehingga potensi otak
mereka kurang di manfaatkan secara maksimal.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Signifikasi
dan maqshudu al- a’dham tentang hadist pentingnya penulisan ilmu diatas sebagai
berikut: pertama, peran penting penulisan sebagai dokumentasi ilmu bagi
pemiliknya di sebabkan keterbatasan otak manusia dalam menerima ilmu, kedua,
tulisan sebagai transfer ilmu dari generasi yang terdahulu ke generasi yang
akan dating, ketiga, khasanah sebagai khasanah literatur keilmuan
yang merupakan bahan kajian generasi selanjutnya untuk memunculkan produk-produk
ilmu yang baru. Ke kempat, sebgai bentuk manifestasi peritah nabi dalam
kapasitasnya sebagai uswatun
khasanah.
[1]
Muhammad isa bin Surah At-Tirmidzi dalam sunanya, Kitab Al-Ilmu, Babu
Min Rukhsin Fii Kitaabil Ilmi jilid 1 no.2676 ( Beirut: Darul Fikri, 1994),
hlm 304
[2]
Ad darimi dalam sunanya, Babu Fii Rukhsin Fii Kitabatil Ilmi jilid 1 ( Beirut : Darul Fikri, 1994), hlm.
127
[3]
Ahmad Mustofa Al Maroghi, Tafsir Al Maroghi ( Mesir : Mustofa Al-Babi
Al-Halabi, 1394) hlm.47
[4]
Jalaluddin Muhammad Bin Ahmad Al-Mahalli, tafsir qur’anul adzim jus 2 (
Indonesia : al-haromain, tt) Hlm. 266
[5]
M. arif hakim, Kiat Menulis Artikel
Di Media Dari Pemula Sampai Mahir ( Bandung : Nuansa Cendekia, 2004)Hlm.14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar